Archive for December 2013
LANGKAH-LANGKAH LAYANAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STUDI KASUS)
1.
Identifikasi
Masalah
Pada
langkah ini yang harus diperhatikan konselor
atau guru
adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa.
Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku
berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah
mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan
gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.
Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal yang berbeda dari biasanya,
maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu masalah yang
sedang dialami siswa.
Kaitannya dengan penelitian ini, penulis mengambil sebuah
study kasus anak atau siswa yang bernama dimas. Dia adalah siswa kelas enam SD
yang berumur 12 tahun. Bapaknya adalah seorang petani, dan ibunya adalah
seorang pekerja buruh di pabrik rokok. Dia adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara dan merupakan anak terakhir dari pasangan Sulimi dan ibu Maslim. Dia
termasuk anak yang cukup pandai, karena dari mulai kelas satu sampai kelas lima
selalu mendapatkan rangking 3 besar dikelasnya. Selain pandai dia juga mudah
bergaul dengan teman sebayanya, baik hati, tidak sombong dan tidak manja. Tetapi
setelah naik ke kelas enam, dia mengalami penurunan prestasi belajar dan juga
menjadi agak pendiam tidak seperti biasanya (mengalami perubahan sikap). Untuk
lebih jelasnya penulis jelaskan biodata anak tersebut seperti dibawah ini :
v Nama Siswa : Dimas Anggoro Putra
v Kelas : VI (6)
v Tempat/tgl. Lahir : Kudus, 19 Mei 2001
v Agama : Islam
v Jenis Kelamin : Laki-laki
v Alamat : Kirig Mejobo Kudus
v Sekolah : SDN 3 KIRIG MEJOBO KUDUS
v Hobby : Olahraga (sepak bola)
v Anak ke : 3 (tiga)
Untuk
menganalis permasalahan apa yang dialami oleh anak tersebut sehingga mengalami
penurunan prestasi dan perubahan sikapnya, penulis mencari informan sebagai
sumber data untuk mengidentifikasi permasalahannya. Informan tersebut yaitu :
1.
Orang tuanya
2.
Gurunya
3.
Teman dekatnya
Adapun
cara penulis mendapatkan informasi dari para sumber data tersebut yaitu :
1.
Menggunakan metode Interview, baik kepada orang tua,
guru, maupun teman dekatnya
2.
Menggunakan metode observasi (pengamatan secara langsung
dengan klien yang bersangkutan) seputar kesehariannya
3.
Menggunakan cara melihat hasil raport (buku penilaian)
klien ddan mengamatinya kira-kira dalam hal apa dan mengapa prestasinya bisa
menurun.
2.
Sintesis
Menurut Dewa
Ketut dan Desak Made Sintesis adalah langkah menghubungkan dan merangkum data.
Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan
merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan
siswa, serta
hal-hal yang melatar belakangi
masalah siswa.
Kaitannya
dengan penelitian ini, klien yang bernama Dimas ini tinggal disebuah rumah yang
tidak kecil tetapi juga tidak besar bersama kedua saudaranya dan kedua orang
tuanya. Lingkungan hidupnya bisa dibilang bersahabat dengan dia karena dia bisa
menyesuaikan di lingkungannya dengan baik, mudah bersahabat dan bergaul dengan
orang lain. Dari hasil informasi yang penulis dapat dari para informan mengenai
anak ini, pertama, dari ibunya. Sehari-harinya dia sekolah di SDN 3 pagi
harinya, dan sekolah diniyyah di sore harinya. Setelah pulang dari diniyah dia
bermain sepak bola dengan teman-temanya. Dan pada malam harinya dia belajar
dirumah mulai habis sholat maghrib sampai jam delapan malam. Dari rajin dan
tekun belajarnya itulah dia bisa mendapatkan nilai dan peringkat yang baik di
sekolahnya. Namun tidak tahu mengapa akhir-akhir ini setelah naik ke kelas enam
dia jadi malas belajar, kalau disuruh orang tuanya belajar tidak mau (malas)
dan juga sering menyendiri di kamar, bermain HP dan jarang bermain lagi dengan
teman-temannya.
Kedua,
dari gurunya. Beliau berkata bahwa Dimas adalah siswa yang berperilaku baik di
sekolah. Baik dengan para guru dan para siswa lainnya. Selain itu dia juga
siswa yang pandai di kelasnya karena apabila dikasih pertanyaan bisa menjawab
dan apabila disuruh maju kedepan untuk mengerjakan soal dia mampu
mengerjakannya. Tetapi setelah duduk di bangku kelas enam, pada semester
pertama kemarin dia mendapatkan nilai yang kurang baik (penurunan prestasi)
dikelasnya. Mungkin hal tersebut dikarenakan dia kurang dalam belajar atau
tidak bisa memahami dan menguasai materi pelajaran dengan baik.
Ketiga,
dari teman dekatnya yang bernama Iril. Sekarang dimas jarang bermain dengan
teman-temannya dan sering dirumah, padahal dulu sering bermain dan belajar
bersama dengan kita. Tapi sekarang dia berubah tidak seperti itu lagi
3. Diagnosis
Pada
langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ” berdasarkan
analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah
ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi
latar belakang atau yang melatar belakangi
gejala yang muncul.
Dari
beberapa informasi yang penulis dapat dari para informan. Pertama, dari
keluarga dapat di diagnosis bahwa penurunan prestasi belajarnya di akibatkan
karena :
1.
Malas belajar, mungkin karena bobot pelajaran kelas enam
lebih sulit daripada kelas sebelumnya jadi dia merasa malas belajar
2.
Suka menyendiri dikamar, karena malas belajar itulah dia
jadi merasa malas melakukan aktifitas. Akibatnya dia sering menyendiri di kamar
tanpa melakukan hal.
3.
Suka bermain HP. Karena dia merasa pelajaran semakin
sulit, jadi dia mengekspresikannya dengan bermain HP. Entah itu sms maupun
bermain game.
Kedua,
dari guru sekolahnya dapat di diagnosis bahwa penurunan prestasinya diakibatkan
karena :
1.
Tidak bisa memahami dan menguasai pelajaran dengan baik.
Mungkin karena dirumah dia malas atau jarang belajar, jadi dia tidak bisa
memahami materi pelajaran disekolahnya dengan baik
2.
Kurang mempunyai motivasi diri sendiri dalam belajar
sehingga tidak ada minat dan keinginan untuk bisa mendapatkan peringkat lagi
dikelasnya
Ketiga,
dari teman dekatnya dapat di diagnosis bahwa penurunan prestasinya diakibatkan
karena :
1.
Tidak
pernah belajar bersama lagi dengan teman-temannya
2.
Tidak
bisa bergaul dan bersahabat dengan teman sebayanya secara baik
Dari beberapa
keterangan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi penyebab turunya prestasi
belajar dari klien diatas yaitu berasal dari dirinya sendiri yang tidak atau
kurang mempunyai motivasi diri untuk bisa lebih maju sehingga malas untuk
belajar, suka bermain HP dan juga sulitnya memahami materi pelajaran serta
berasal dari keluarga sehingga dia suka menyendiri dikamar mungkin karena dia
merasa kurang ada perhatian atau kasih sayang dari orang tuanya sehingga dia
memilih untuk berdiam diri dikamar daripada bermain dengan teman-temannya atau
belajar bersama.
4. Prognosis
Prognosis adalah
suatu langkah mengenai alternatif bantuan atau tawaran-tawaran yang dapat atau
mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana
yang ditemukan dalam diagnosis.
Terkait dengan
penelitian ini, setelah melakukan diagnosis langkah selanjutnya yaitu
prognosis. Dalam masalah ini penulis menawarkan beberapa solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah klien tersebut, diantaranya yaitu :
1. Melakukan pendekatan kepada klien secara
individual dan memberikan motivasi kepadanya supaya klien mempunyai semangat
kembali untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan kembali lagi
2. Memberikan kesempatan klien untuk mau
cerita masalahnya sendiri (tanpa paksaan) kepada konselor sehingga penyebab
utama masalahnya bisa diketahui dan bisa diberikan jalan keluarnya
3. Memberikan pengarahan dan penjelasan
seluas-luasnya akibat dari masalahnya tesebut apabila dilakukan secara
terus-menerus sehingga klien sadar akan kesalahannya itu dan mampu merubah
sikapnya menjadi lebiah baik lagi
4. Memberikan arahan dan penjelasan kepada
keluarganya terlebih orang tuanya supaya bisa lebih memperhatikan dan memahami
kondisi yang dialami klien sehingga klien tidak merasa dianak tirikan
dikeluarganya.
5. Menjalin kerjasama dengan para guru
disekolahnya supaya dalam mengajar bisa menggunakan metode yang
efektif,menyenangkan dan mudah dipahami
5. Konseling
Menurut Syahril
dan Riska, langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun
bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah
dirumuskan pada langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan,
antara lain layanan individual, layanan kelompok, pengajaran perbaikan,
pemberian pengajaran dan sebagainya.
Dalam masalah
ini penulis menggunakan layanan konseling individu terhadap klien. Karena
dengan itulah bisa mengenal lebih dekat dengan klien mengenai, watak,
kepribadian dan karakternya sehingga bisa mengatasi masalah yang dihadapi klien
dengan baik. Setelah melakukan pendekatan dengan klien secara individu,
konselor akan memberikan masukan kepada klien bahwa belajar adalah kewajiban
bagi siswa serta memberikan motivasi belajar bahwa belajar bisa dilakukan
dengan cara yang menyenangkan, sehingga pemahaman klien terhadap materi bisa
mudah dan dapat memahami materi dengan baik sehingga mampu meningkatkan
prestasi belajarnya lagi. Pemberian layanan ini dilakukan tidak hanya sekali
atau dua kali pertemuan saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang, dengan
jadwal dan sifat pertemuan yang tidak terikat supaya dalam melakukan konseling
individu bisa maksimal.
Selain melakukan
konseling kepada klien, konselor juga mengadakan pertemuan dan sharing dengan
orang tua klien seputar masalah yang dihadapi anaknya. Konselor memberikan
pemahaman dan penjelasan kepada orang tuanya agar lebih bisa mengawasi anaknya
dalam belajar dan memberikan suasana yang nyaman dan kasih sayang dirumah
terlebih kepda klien sehingga klien merasa disayangi dan diperhatikan oleh
keluarganya sehingga dapat belajar dengan senang, rajin, konsentrasi dan
akhirnya akan meningkatkan prestasi belajarnya.
Selain itu juga
melakukan kerjasama dengan pihak sekolah atau guru yang mengajar klien, supaya
dalam mengajar menggunakan metode yang mudah dipahami oleh siswa dan
menyenangkan, misalnya reading guide, demonstrasi atau yang lainnya.
6. Tindak Lanjut
Follow-up atau
tindak lanjut adalah merupakan suatu langkah penentuan efektif tidaknya suatu
usaha konseling yang telah dilaksanakannya. Langkah ini merupakan langkah
membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien
kembali memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.[1]
Dalam kasus ini,
pengumpulan data dilakukan dengan interview antara penulis dengan klien, dengan
orang tua, teman dekat, dan guru klien. Observasi juga dilakukan terhadap klien.
Bagaimana dia bergaul dengan temannya, bagaimana teman-temannya memperlakukan dia
dan bagaimana sikapnya disekolah. Selain itu konselor juga berkunjung kerumah klien
guna mengetahui kondisi rumahnya sekaligus mewawancarai orang tuanya mengenai
sikap klien di rumah. Dari evaluasi tersebut dapat diambil langkah-langkah
selanjutnya. Apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat
merubah tindakan atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda.
Pada intinya
untuk mengatasi masalah klien ini pertama harus memberikan motivasi kepada
klien supaya kembali mempunyai semangat belajar yang tinggi dan meyakinkannya
bahwa belajar itu menyenangkan sehingga dia tidak putus asa dan bosan dalam
belajar. Selain itu juga memberikan tindak lanjut kepada keluarganya supaya
didalam keluarga menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram sehingga klien
merasa diperhatikan oleh keluarganya.
[1] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 150-153